Hari
Yang Memalukan
Di
suatu sekolah terdapat murid yang
bernama Intan. Ia selalu mendapat nilai yang baik. Tetapi ternyata nilai itu
palsu, karena ia selalu menyontek kepada temannya yang pintar. Padahal teman-temannya
sudah gerah dengan ulahnya, tetapi mereka tidak mau berurusan dengan Intan. Karena
ia adalah anak dari kepala sekolah di SMP tersebut.
Dan seperti
biasa, Intan mulai menyalin PR fisika milik temannya saat jam istirahat pertama
di hari Rabu ini. Namun, hari ini Intan mendapatkan pelajaran yang sangat
berharga untuk mengubah kebiasaan buruknya tersebut.
Intan : “Ya ampun, gue lupa bikin PR fisika. Udah
gitu, yang ngajar Pak Imam lagi. Bisa dihukum nanti gue, kalo gak ngerjain PR.”
(gumamnya di tempat duduk saat bel istirahat berbunyi)
Tanpa berpikiran
untuk jajan ke kantin, Intan menghampiri tempat duduk Tiara. Tiara memang
terkenal paling pintar di kelas mereka.
Intan
: “Udah ngerjain PR fisika belum, Tir?”
Tiara : “Udah, emang kenapa?” (Tiara yang sudah tahu
akan kebiasaan Intan pun berpura-pura tidak mengerti)
Intan
: “Lo kayak ga tau aja sih, Tir.”
Tiara
: “Mau nyontek lagi?”
Intan
: “Yaiyalah, Tir.. Gemana sih! Dikira
mau berenang apa!”
Tiara
: “Sampai kapan sih Tan kamu nyontek
terus?”
Intan
: “Tir, lo kok kaya ga tau aja sih
alasannya.”
Tiba-tiba Farah
datang menghampiri Tiara dan Intan.
Farah : “Karena lo anak kepsek,
yang harus selalu mendapatkan nilai bagus biar gak malu-maluin? Sadar dong Tan,
perbuatan lo itu lebih memalukan dibandingkan lo harus dapat nilai jelek.”
Intan : “Apaan sih Far, ini tuh ga ada urusannya
sama lo! So, ga usah ikut campur
deh!” (Intan kesal)
Dinda, Lulu dan
Romi yang sedang membaca buku di kelas tentunya mendengar keributan tersebut
dan merasa terganggu. Akhirnya mereka datang ke tempat duduk Tiara.
Dinda : “Ada apaan sih ribut-ribut?
Bisa pelan gak sih ngomongnya?” (Dinda kesal sambil memukul meja)
Lulu : “Din, lo ga liat apa, ada ‘Ratu Nyontek’
tuh!” (sindir Lulu sambil melirik Intan)
Romi : “Oh iya, mau ngapain lagi
sih lo Tan? Masih mau nyontek sama Tiara?” (Romi memicingkan matanya ke arah
Intan)
Intan : “Iya, emang napa? Ga boleh?
Suka-suka gue dong! Lagipula gue kan mau nyontek ke Tiara bukan lo-lo pada!”
(tantang Intan)
Tiara : “Yasudahlah, aku kasih aja
buku PR ini ke Intan daripada ribut.” (renung Tiara)
Romi : “Memang ya, kebiasaan buruk
itu susah diilangin. Huh..” (gumam Romi)
Lulu : “Tiara, kok lo masih mau sih temenan sama
Intan? Iih.. kalo gue sih ogah banget ya, secara.. dia kan ‘Ratu Nyontek’!”
(sindir Lulu)
Tiara : “Sudah-sudah..
Kalian marah-marahnya nanti aja deh, pusing aku dengernya. Dan ini terakhir
kalinya ya Tan aku kasih contekan ke kamu dan bukan berarti aku ngebelain kamu.”
(kata Tiara sambil memberikan buku PR fisikanya kepada Intan)
Intan : “Thanks ya, Tir. Lo emang temen gue yang paling oke!” (puji Intan
sambil mengancungkan jempolnya kepada Tiara)
Bel masuk
berbunyi, para siswa memasuki kelasnya masing-masing. Siswa kelas VIII-1 sudah
duduk dengan rapi dan tertib sejak awal, karena Pak Imam guru pelajaran fisika
mereka terkenal sangat tertib dan bijaksana. Beliau tak segan-segan menghukum
semua siswa termasuk Intan anak kepala sekolah, jika melakukan kesalahan
sedikitpun. Karena itu Intan sangat tidak menyukai Pak Imam.
Pak
Imam : “Selamat pagi, Anak-anak..”
Seluruh
siswa : “Selamat pagi, Paak..”
Pak
Imam : “Apakah kalian sudah mengerjakan
PR yang bapak berikan kemarin?”
Seluruh
siswa : “Sudah, Paak..”
Pak
Imam : “Akan tetapi, hari ini kita
tidak akan membahas PR kemarin.”
Lulu : “Yah, Bapak.. Percuma dong gue buat PR.”
(keluh Lulu dalam hati)
Intan : “Kalo tau gini mah, ngapain gue susah-susah
nyontek sama Tiara, sampe harus berdebat sama dua orang yang menyebalkan itu” (Intan
mendesah dalam hati)
Pak
Imam : “Karena hari ini Bapak akan mengadakan post test”
Seluruh siswa
tampak terkejut, tetapi mereka tidak ada yang berani protes terkecuali Intan.
Intan : “Pak,
kok mendadak gini sih, kan kita belum siap Pak.” (protes Intan dengan beraninya)
Dinda :
“Pasti Intan takut gak dapet contekan tuh kali ini.” (pikir Dinda)
Pak Imam : “Siap tidak siap, kalian
tetap harus mengerjakan post test
yang bapak bagikan ini. Ingat! Waktu mengerjakannya hanya satu jam pelajaran,
berarti sampai bel pergantian pelajaran, jadi kalian harus menggunakan waktu
ini sebaik mungkin.” (sambil membagikan selembar soal)
Seluruh siswa
tampak mengeluh saat mengerjakan soal, walau tak bisa mengungkapkan kekeluhannya
dengan kata-kata. Dan tentu saja Intan hanya tercengang-cengang melihat soal-soal
yang tidak ia mengerti sama sekali. Hingga waktunya tiba untuk mengumpulkan
soal tersebut.
Tiga puluh menit
kemudian
Pak Imam : “Waktu tinggal lima menit lagi, pastikan
kalian sudah menulis nama dan nomor absen kalian di tempatnya.”
Seluruh
siswa : “Iya, Paak..”
Pak Imam : “Mudah-mudahan post test kali ini tidak ada yang nyontek, nilainya asli semua.”
(harapan hati seorang guru)
Intan : “Aduh,
bisa gawat nih.. Kacau-balau dah entar nilai gue. Gue kan belum ngerjain
apa-apa. Oh iya gue nyontek Tiara aja ya diem-diem, dia kan gak bakal tau,
hehehe” (dengan niat liciknya, Intan pun melihat hasil kerja Tiara tanpa
disadarinya)
Pak Imam : “Intan Anyelir Nursan!” (teriakan Pak
Imam saat melihat gerak-gerik Intan yang mencurigakan)
Intan
: “Sa.. sa.. saya, Pak.”
(dengan gugupnya menatap Pak Imam)
Pak Imam : “Apa yang kamu lakukan tadi, Intan?
Kamu mencoba menyontek ya?” (bentak Pak Imam dengan ganas)
Farah : “Dari dulu kalee.. Dia tukang
nyontek.” (dalam hati)
Intan
: “Tidak, Pak. Eem.. Saya tadi..” (elak Intan)
Farah : “Pasti
mau nyontek lah, Pak.” (cibir Farah, memotong percakapan mereka)
Dinda : “Betul banget tuh Pak, dia kan ‘Ratu Nyotek’
di sekolahan ini, Pak.” (tambah Dinda)
Romi : “Cukup
tau deh yang anak kepsek, tapi jangan mentang-mentang gitu dong..” (ironi)
Pak
Imam : “Sudah-sudah, diam semua! Intan, apa benar kamu menyontek?”
Intan : “Be.. nar, Pak” (dengan malunya)
Pak Imam : “Kamu tahu kan hukuman
bagi siswa yang menyontek di pelajaran saya?”
Intan : “Tahu, Pak. Akan mendapat nilai 0, dan orang
tuanya akan dipanggil. Tapi kan bapak saya kepala sekolah disini, Pak.” (keluh
Intan sambil tetap membela diri)
Pak Imam : “Semua murid Bapak
perlakukan sama. Sanksi harus tetap dijalani setiap murid yang bersalah, tanpa
mengecualian. Jadi kamu sudah tahu kan apa yang harus kamu lakukan setelah
pulang sekolah nanti?”
Intan :
“Tapi, Pak.. Saya mohon, jangan panggil bapak saya. Kasihan Pak, beliau harus
menanggung malu karena saya” (pinta Intan hingga matanya berlinang)
Pak Imam : “Kalau kamu tahu
akhirnya akan berujung seperti, mengapa kamu lakukan hal itu?” (Pak Imam agak
kasihan melihat tampang melasnya Intan)
Intan : “Saya terpaksa, Pak. Karena saya tidak mau
mendapatkan nilai jelek dan mengecewakan orang tua saya, apalagi bapak saya
seorang kepala sekolah disini. Pasti beliau akan malu jika mempunyai anak yang
selalu mendapat nilai jelek.” (jelas Intan)
Bel pergantian jam
pelajaran berbunyi.
Pak
Imam : “Yasudah, kali ini saya maafkan. Tapi kamu jangan mengulanginya lagi ya.
Oke, karena jam bapak sudah habis, kumpulkan post test kalian!”
Intan : “Makasih, Pak. Saya berjanji tidak
akan menyontek
lagi.” (seru intan)
Sejak kejadian
tersebut, Intan tidak mau menyontek lagi. Dan sejak itulah, Intan berubah
menjadi anak teladan yang disukai teman-temannya. Ia juga lebih berprestasi
dengan nilai aslinya yang sekarang, dibanding sebelumnya. Tentu ia sudah
menbanggakan kedua orang tuanya.
Minta ijin save ya mbak :)
BalasHapus