Selasa, 12 Februari 2013

Live Report~ Museum Fatahillah



Terimakasih, Farah. Saya Intan Anyelir Nursan akan melaporkan langsung dari Museum Sejarah Jakarta.
Di belakang saya sudah ada Museum Bersejarah Jakarta, yaitu Museum Fatahillah yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 m2.
Gedung ini mulai dibangun pada tahun 1620 oleh Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen sebagai stadhuis atau balai kota kedua pada tahun 1626.
Menurut catatan sejarah, gedung ini hanya bertingkat satu dan pembangunan tingkat kedua dilakukan kemudian.
Pada tahun 1648, kondisi gedung ini sangat buruk.
Tanah Jakarta yang sangat labil dan beratnya gedung menyebabkan bangunan ini turun dari permukaan tanah.
Solusi mudah yang dilakukan oleh pemerintah Belanda adalah tidak mengubah pondasi yang sudah ada, tetapi menaikkan lantai sekitar 56 cm.
Arsitektur bangunan ini bergaya abad ke-17, yaitu bergaya neoklasik dengan tiga lantai dengan cat kuning tanah, kusen pintu dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua.
Bagian atap utama memiliki penunjuk arah mata angin.
Pekarangan dengan susunan konblok, dan sebuah kolam dihiasi beberapa pohon tua.
Di museum ini terdapat berbagai koleksi tentang kebudayaan Betawi, numismatik, dan becak.
Bahkan, kini juga diletakkan patung Dewa Hermes yang menurut mitologi Yunani, merupakan dewa keberuntungan dan perlindungan bagi kaum pedagang yang tadinya terletak di perempatan Harmoni.
Di depan Museum Fatahillah juga terdapat meriam Si Jagur yang dianggap mempunyai kekuatan magis.
Dan bekas penjara bawah tanah yang dulu sempat digunakan pada zaman penjajahan Belanda.
Ciri khas lainnya yaitu terdapat tulisan Gouvernourskantoor di bagian depan.
Selain digunakan sebagai stadhuis atau balai kota, gedung ini juga digunakan sebagai Raad van Justitie atau dewan pengadilan.
Pada tahun 1925-1942, gedung ini dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pada tahun 1942-1945 dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon.
Tahun 1952, gedung ini menjadi markas Komando Militer Kota (KMK) I, lalu diubah kembali menjadi KODIM 0503 Jakarta Barat.
Tahun 1968, gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta, lalu diresmikan menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Di sekitar Museum Fatahillah terdapat banyak fasilitas.
Perpustakaan Museum Sejarah Jakarta yang mempunyai koleksi buku 1.200 judul.
Buku-buku tersebut sebagian besar peninggalan masa kolonial dalam berbagai bahasa, diantaranya bahasa Belanda, Melayu, Inggris dan Arab.
Yang tertua adalah Alkitab atau Bible tahun 1702.
Anda pun bisa melepas penat di Kafe Museum dengan suasana nyaman bernuansa Jakarta tempo doeloe yang menawarkan makanan dan minuman yang akrab dengan selera anda.
Museum Fatahillah juga menyediakan cinderamata untuk kenang-kenangan para pengunjung yang dapat diperoleh di Souvenir Shop dengan harga terjangkau.
Serta musholla dan perlengkapan shalat sehingga pengunjung tidak perlu khawatir kehilangan waktu salat.
Museum juga menyediakan Ruang Pertemuan dan Pameran, yaitu ruangan yang representatif untuk kegiatan pertemuan, diskusi, seminar dan pameran dengan daya tampung lebih dari 150 orang.
Dan Taman Dalam yang asri dengan luas 1000 m2 yang dapat dimanfaatkan untuk resepsi pernikahan.
Demikian laporan dari saya. Kembali ke studio. Intan melaporkan.

0 komentar:

Posting Komentar