Di belakang saya sudah ada Museum
Bersejarah Jakarta, yaitu Museum Fatahillah yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 m2.
Gedung
ini
mulai dibangun pada tahun 1620 oleh Gubernur
Jendral Jan Pieterszoon Coen sebagai stadhuis atau balai kota kedua pada tahun 1626.
Menurut
catatan sejarah, gedung ini hanya bertingkat satu dan pembangunan tingkat kedua
dilakukan kemudian.
Pada tahun 1648, kondisi
gedung
ini sangat buruk.
Tanah
Jakarta yang sangat labil dan beratnya gedung menyebabkan bangunan ini turun
dari permukaan tanah.
Solusi
mudah yang dilakukan oleh pemerintah Belanda adalah tidak mengubah pondasi yang
sudah ada, tetapi menaikkan lantai sekitar 56 cm.
Arsitektur
bangunan
ini bergaya abad ke-17, yaitu bergaya neoklasik dengan tiga lantai dengan cat kuning tanah, kusen pintu
dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua.
Bagian
atap utama memiliki penunjuk arah mata angin.
Pekarangan
dengan susunan konblok, dan sebuah kolam dihiasi beberapa pohon tua.
Bahkan, kini juga diletakkan patung Dewa
Hermes yang menurut mitologi Yunani, merupakan
dewa keberuntungan dan perlindungan bagi kaum pedagang yang tadinya terletak di
perempatan Harmoni.
Ciri
khas lainnya yaitu terdapat tulisan Gouvernourskantoor di bagian depan.
Selain
digunakan sebagai stadhuis atau balai kota, gedung ini juga digunakan sebagai Raad van Justitie atau dewan
pengadilan.
Pada
tahun 1925-1942, gedung ini dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pada tahun 1942-1945 dipakai untuk kantor
pengumpulan logistik Dai Nippon.
Tahun
1952, gedung ini menjadi markas Komando Militer Kota (KMK) I,
lalu diubah kembali menjadi KODIM 0503 Jakarta Barat.
Tahun
1968, gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta, lalu diresmikan menjadi
Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Di sekitar Museum Fatahillah
terdapat banyak fasilitas.
Perpustakaan Museum Sejarah Jakarta yang mempunyai koleksi buku 1.200 judul.
Buku-buku
tersebut sebagian besar peninggalan masa kolonial dalam berbagai bahasa, diantaranya bahasa Belanda, Melayu, Inggris dan Arab.
Yang
tertua adalah Alkitab atau Bible tahun
1702.
Anda pun bisa melepas penat di Kafe Museum dengan suasana nyaman bernuansa Jakarta tempo doeloe yang menawarkan makanan dan minuman yang akrab dengan selera
anda.
Museum
Fatahillah
juga menyediakan cinderamata untuk
kenang-kenangan para pengunjung yang dapat diperoleh di Souvenir Shop dengan harga
terjangkau.
Serta musholla dan
perlengkapan shalat sehingga
pengunjung tidak perlu khawatir kehilangan waktu salat.
Museum
juga menyediakan Ruang Pertemuan dan Pameran, yaitu ruangan yang representatif untuk kegiatan pertemuan,
diskusi, seminar dan pameran dengan daya tampung lebih dari 150 orang.
Dan Taman Dalam yang asri dengan luas 1000 m2 yang dapat dimanfaatkan untuk resepsi pernikahan.
Demikian laporan dari saya. Kembali
ke studio. Intan melaporkan.
0 komentar:
Posting Komentar