Naskah Drama
Di pagi hari, ketika sampai di sekolah, Farah bertemu dengan wali kelasnya (Pak Romi)di depan ruang guru.
Farah : “Selamat pagi, Pak!” (cium tangan Pak Romi)
Pak Romi : “Pagi.. Oh iya, kalau kamu lihat Lulu, suruh dia datang ke ruangan bapak ya.”
Farah : “Baik pak.”
Ketika Farah meletakkan tasnya di bangku, dari jendela, ia melihat Lulu sedang berjalan di di depan kelas VIII-1
Farah : “Luuu… Luluuu!” (sembari berlari mengejar Lulu, nafasnya terengah-engah)
Farah sampai di tempat Lulu berdiri
Tiara : “Kenapa sih, Far?”
Farah : (hosh..hosh..hosh) “Lu, kamu dipanggil sama Pak Romi di ruangannya.”
Tiara : “Sip oke deh.”
Mendengar hal itu, Lulu pun langsung menuju ke ruang Pak Romi.
Mendengar hal itu, Lulu pun langsung menuju ke ruang Pak Romi.
Tiara : “Permisi, Pak!”
Pak Romi : “Oh, Lulu. Silahkan masuk..” (mengintip ke arah pintu)
Pak Romi : “Oh, Lulu. Silahkan masuk..” (mengintip ke arah pintu)
Tiara : “Makasih pak.” (duduk di kursi yang
ada di depan Pak romi)
Pak Romi : “Lulu kamu belum membayar uang SPP selama 3 bulan! Bagaimana ini?”
Pak Romi : “Lulu kamu belum membayar uang SPP selama 3 bulan! Bagaimana ini?”
Tiara : “Iya, Pak. Saya usahakan membayar secepatnya, menunggu orang tua saya dapat
gajian.”
Pak Romi : “Baiklah. Kepala sekolah memberi waktu seminggu untuk kamu melunasi SPP itu!”
Pak Romi : “Baiklah. Kepala sekolah memberi waktu seminggu untuk kamu melunasi SPP itu!”
Tiara : “Baik pak.”
(lalu keluar dari ruang guru)
Seminggu kemudian
Tiara : “Duh, gimana nih? Udah seminggu uang SPPku belum dibayar. Mana ayah belum gajian.” (keluh Lulu dalam hati)
Istirahat pertama, para murid pun mulai memenuhu kantin. Sewaktu Tiara dan Intan berjalan menuju kantin sekolah, tanpa disadari dompet dari saku Intan terjatuh tetapi Lulu melihatnya.
Tiara : “Intannn..” (tadinya mau memberi tahu bahwa dompet Intan terjatuh, namun Intan tidak mendengar sahutannya)
Tiara : “Hmm.. Gimana kalo aku pake
uang ini aja untuk bayar SPP aku? Lagian kan Intan juga gak tau, aku pake aja deh.” (pikiran buruk merasuki Lulu)
Dinda pun datang mengajak Lulu untuk jajan
Dinda : “Hai.. Kita ke kantin luar sekolah, yuk!” (merangkul Lulu)
Tiara : “Hmm.. Ayo! Kebetulan aku lagi lapar. Biar aku yang traktir deh!” (menunjukkan dompet Intan)
Dinda : “Oke deh. Makasih ya, Lulu!” (sambil menyangka dompet yang dipegang Lulu adalah dompet Intan, tapi Dinda berpikir bahwa ada banyak dompet di dunia ini yang sama seperti milik Intan)
Dinda : “Hai.. Kita ke kantin luar sekolah, yuk!” (merangkul Lulu)
Tiara : “Hmm.. Ayo! Kebetulan aku lagi lapar. Biar aku yang traktir deh!” (menunjukkan dompet Intan)
Dinda : “Oke deh. Makasih ya, Lulu!” (sambil menyangka dompet yang dipegang Lulu adalah dompet Intan, tapi Dinda berpikir bahwa ada banyak dompet di dunia ini yang sama seperti milik Intan)
Saat ingin membayar
makanan di kantin sekolah, Intan baru sadar bahwa dompetnya sudah tidak ada di sakunya lagi
Intan : “Ya ampun.. Dompet aku hilang!” (kaget saat merogoh saku)
Lulu : “Yang bener, Tan?”
Intan : “Iya, beneran! Aku serius!”
Intan : “Ya ampun.. Dompet aku hilang!” (kaget saat merogoh saku)
Lulu : “Yang bener, Tan?”
Intan : “Iya, beneran! Aku serius!”
Lulu : “Mungkin dompetmu jatuh di jalan tadi. Hmm.. nanti aku bantu nyariin deh.” (mencoba menghibur)
Intan : “Oke deh, makasih ya.”
Lulu : “Ya sudah, sekarang biar aku traktir deh.”
Sedangkan Lulu dan Dinda sedang makan di kantin luar sekolah
Dinda : “Lu, bukannya yang kamu pegang itu dompet Intan?” (makin penasaran)
Tiara : “Heh! Ssttt.. Din, tapi kamu diem aja ya, aku juga terpaksa ngambil.”
Intan : “Oke deh, makasih ya.”
Lulu : “Ya sudah, sekarang biar aku traktir deh.”
Sedangkan Lulu dan Dinda sedang makan di kantin luar sekolah
Dinda : “Lu, bukannya yang kamu pegang itu dompet Intan?” (makin penasaran)
Tiara : “Heh! Ssttt.. Din, tapi kamu diem aja ya, aku juga terpaksa ngambil.”
Dinda : “Memangnya
kenapa?”
Tiara : “Aku ga punya uang untuk membayar SPPku yang sudah nunggak 3 bulan. Kalo hari ini aku belum bayar juga, aku bisa dikeluarin dari sekolah.”
Dinda : “Oh gitu. Tapi sebaiknya kamu kembaliin dompetnya Intan.”
Tiara : “Tapi aku takut banget, Din.”
Dinda : (memotong percakapan karena takut terlibat masalah) “Eh iya, terserah kamu deh! Aku harus ke perpustakaan dulu. Dahhh..”
Tiara : “Aku ga punya uang untuk membayar SPPku yang sudah nunggak 3 bulan. Kalo hari ini aku belum bayar juga, aku bisa dikeluarin dari sekolah.”
Dinda : “Oh gitu. Tapi sebaiknya kamu kembaliin dompetnya Intan.”
Tiara : “Tapi aku takut banget, Din.”
Dinda : (memotong percakapan karena takut terlibat masalah) “Eh iya, terserah kamu deh! Aku harus ke perpustakaan dulu. Dahhh..”
Tiara : “Oke deh, Din. Dahhh..” (Lulu pun juga bergegas ke ruang tata usaha untuk membayar SPPnya)
Di jalan menuju ruang tata usaha, Lulu
bertemu Pak Romi yang baru saja keluar dari
ruangan kepala sekolah. Ruang tata usaha tidak berjarak jauh dari ruang kepala
sekolah.
Pak Romi : “Eh, Lulu! Sini!”
Tiara : “Ada apa, Pak?
Pak Romi : “Kamu belum bayar uang SPP. Bagaimana sih kamu?” (dengan nada keras)
Tiara : “Iya, Pak. Ini saya mau bayar.”
Pak Romi : “Ya sudah. Bapak baru saja dipanggil kepala sekolah, katanya kamu ditungggu di ruangannya sekarang.”
Tiara : “Hmm.. Baik, Pak”
Pak Romi : “Eh, Lulu! Sini!”
Tiara : “Ada apa, Pak?
Pak Romi : “Kamu belum bayar uang SPP. Bagaimana sih kamu?” (dengan nada keras)
Tiara : “Iya, Pak. Ini saya mau bayar.”
Pak Romi : “Ya sudah. Bapak baru saja dipanggil kepala sekolah, katanya kamu ditungggu di ruangannya sekarang.”
Tiara : “Hmm.. Baik, Pak”
Lulu masuk ke ruang kepala
sekolah
Tiara : “Permisi, Pak.”
Pak Imam : “Ya, silahkan masuk.”
Tiara : “Ada apa, Pak?”
Pak Imam : “Kamu Lulu? Apa benar kamu murid yang belum melunasi SPP sampai 3 bulan?”
Tiara : “Iya pak.” (dengan raut muka yang malu)
Pak Imam : “Apakah kamu sudah punya uang untuk membayarnya?”
Tiara : “Sudah.”
Pak Imam : “Baiklah, Nak. Tolong dibayarkan uang itu ke ruang tata usaha hari ini juga, dan lain kali jangan sampai terlambat membayar seperti ini ya.”
Tiara : “Iya.”
Pak Imam : “Baiklah, Kamu bisa keluar dari ruangan bapak sekarang.”
Tiara : “Makasih, Pak.” (keluar dari ruangan kepala sekolah, dan langsung menuju ruang tata usaha untuk melunasi SPPnya)
Pak Imam : “Ya, silahkan masuk.”
Tiara : “Ada apa, Pak?”
Pak Imam : “Kamu Lulu? Apa benar kamu murid yang belum melunasi SPP sampai 3 bulan?”
Tiara : “Iya pak.” (dengan raut muka yang malu)
Pak Imam : “Apakah kamu sudah punya uang untuk membayarnya?”
Tiara : “Sudah.”
Pak Imam : “Baiklah, Nak. Tolong dibayarkan uang itu ke ruang tata usaha hari ini juga, dan lain kali jangan sampai terlambat membayar seperti ini ya.”
Tiara : “Iya.”
Pak Imam : “Baiklah, Kamu bisa keluar dari ruangan bapak sekarang.”
Tiara : “Makasih, Pak.” (keluar dari ruangan kepala sekolah, dan langsung menuju ruang tata usaha untuk melunasi SPPnya)
Pada jam istirahat
kedua, Dinda menemui Intan dan Tiara yang sedang mencari dompet Intan
Dinda : “Intan! Tiara!” (menyapa)
Intan : “Apaan sih?”
Dinda : “Intan! Tiara!” (menyapa)
Intan : “Apaan sih?”
Dinda : “Kalian lagi pada ngapain?”
Lulu
: “Ini nih.. Kita lagi nyari
dompetnya Intan yang ilang pas istirahat pertama. Istirahat pertama, kita udah
nyari, tapi gak ketemu. Ya udah deh, kita nyari lagi.”
Dinda : (bingung) Oh, itu!
Intan
: “Apa?” (curiga)
Dinda : (membayangkan dompet yang dipegang Lulu tadi) “Emm.. tadi.. aku liat Lulu megang dompet kayak punya kamu, gitu!”
Lulu : “Ah, yang bener?” (terkejut)
Dinda : “Bener.. Aku sih tadi di traktir sama Lulu pake uang di dalam dompet itu”
Intan : “Iih.. Ya udah, kita samperin yuk tuh si Lulu !” (Intan mulai emosi)
Intan, Tiara, dan Dinda menghampiri Lulu yang sedang duduk bersama Farah di taman sekolah
Dinda : (membayangkan dompet yang dipegang Lulu tadi) “Emm.. tadi.. aku liat Lulu megang dompet kayak punya kamu, gitu!”
Lulu : “Ah, yang bener?” (terkejut)
Dinda : “Bener.. Aku sih tadi di traktir sama Lulu pake uang di dalam dompet itu”
Intan : “Iih.. Ya udah, kita samperin yuk tuh si Lulu !” (Intan mulai emosi)
Intan, Tiara, dan Dinda menghampiri Lulu yang sedang duduk bersama Farah di taman sekolah
Lulu
: “Eh, Lulu! To the point aja ya, kamu yang ngambil dompet Intan ya?”
Farah
: “Ada apaan nih? Jangan main tuduh-tuduh gitu dong?”
Tiara : “Hmmm..”
Intan : “Bener, lu? Jujur!”
Tiara : “Tapi kamu jangan marah, ya?”
Intan : “Tapi apa iya kamu yang ngambil dompet aku? Kalo iya, kenapa lu?”
Tiara : “Hmmm..”
Intan : “Bener, lu? Jujur!”
Tiara : “Tapi kamu jangan marah, ya?”
Intan : “Tapi apa iya kamu yang ngambil dompet aku? Kalo iya, kenapa lu?”
Tiara :
“Intan, maaf ya. Sebenarnya tadi aku liat dompetmu
jatuh, terus aku ambil, pas aku manggil kamu, kamu gak denger.Tapi aku ingat, hari ini tuh kesempatan
terakhir aku ngelunasi uang
SPP ku, jadi
aku pake aja uang itu.” (mencoba menjelaskan)
Dinda : “Intan, maafin aja tuh si Lulu! Kasian.. Dia bisa dikeluarin
dari sekolah kalo hari ini dia gak bayar SPP.” (merayu Intan)
Intan :
“Ampun deh.. Tapi ga kayak gini caranya”
Lulu : “Iya jangan mencuri kayak gitu, dong!” (mendukung Intan)
Lulu : “Iya jangan mencuri kayak gitu, dong!” (mendukung Intan)
Farah : Lulu mencuri dompet Intan?
Masa, sih? Gak percaya aku. (masih dengan tidak kepercayaannya tentang
kenyataan ini)
Intan : “Kenapa sih kamu harus mencuri? Kalo kamu minjem baik-baik, mungkin aku bisa bantu kamu.”
Tiara : “Sekali lagi aku minta maaf ya, Tan. Aku janji akan ganti uangmu.”
Intan : “Ya, pasti aku maafin kok.Uangnya gak usah diganti, gapapa.Tapi kamu janji ya, gak akan mencuri kayak gitu lagi! Kalo kamu butuh bantuan, curhat ke aku aja.”
Tiara : “Ya,Tan. Aku janji. Makasih ya, Tan!”
Intan : “Sama-sama, Lulu!”
Dinda : “Nah, gitu dong! Kan enak kalau damai gini.. Iya, gak, Far?”
Intan : “Kenapa sih kamu harus mencuri? Kalo kamu minjem baik-baik, mungkin aku bisa bantu kamu.”
Tiara : “Sekali lagi aku minta maaf ya, Tan. Aku janji akan ganti uangmu.”
Intan : “Ya, pasti aku maafin kok.Uangnya gak usah diganti, gapapa.Tapi kamu janji ya, gak akan mencuri kayak gitu lagi! Kalo kamu butuh bantuan, curhat ke aku aja.”
Tiara : “Ya,Tan. Aku janji. Makasih ya, Tan!”
Intan : “Sama-sama, Lulu!”
Dinda : “Nah, gitu dong! Kan enak kalau damai gini.. Iya, gak, Far?”
Farah : “Iya dong..”
(bel sekolah berbunyi)
Lulu : ‘Eh, udah masuk tuh!”
Intan : “Kita ke kelas masing-masing yuk!”
Bersama : “Ayo!”
Lulu : ‘Eh, udah masuk tuh!”
Intan : “Kita ke kelas masing-masing yuk!”
Bersama : “Ayo!”
Dan akhirnya dompet Intan telah ditemukan, walau isinya sudah kosong.
Tetapi dengan kebaikan hati Intan, ia pun memaafkan Lulu tanpa meminta uangnya
dikembalikan, bahkan Intan menawarkan bantuan untuk Lulu jika ada kendala lagi.
Masalah ini pun terselesaikan dengan baik tanpa campur tangan guru, tetapi
dengan musyawarah para murid.
ada yg lebih formal lagi ngak dramanya?
BalasHapus